Tag Archive | Yuri

Time to Make a Choise

Seperti alam aku mencintaimu secara alami

Angin, terbangkanlah perasaanku ini padanya

Air, lunturkan gemuruh dadaku saat bersamanya

Tanah, timbun perasaan ini sedalam-dalamnya

~:0:~

In my heart

~:0:~

Agar tidak ada yang terluka

~:0:~

Cherry Chibi presents~

Time to Make a Choise

(Breathe/Pulse)

A SooSun (yuri, exactly sho-ai) angst(?) fiction

Happy reading~

~:0:~

And this is just one of my tons failed fiction

~:0:~

“Kamu yakin?” Baca lebih lanjut

Kinds of Love

TITLE:;: Kinds of Love

PAIRING & CAST:;: HanChul, EunHae, YulSsic, Yoona, Seohyun, CLMinzy, TabiDae, Gummy, Se7en, AmberSul, YunJae

AUTHOR:;: Cherry Chibi>w<

A/N:;: it’s new year! 20 &12!!! ^0^/ *nada True Love – SJM* harusnya ini dipublish pas taun baru… tapi keburu cherry maen keluar, jd klanjutnya hri ini… ga ap, kn? Masih tangga; 1 juga~~ -w-/ happy reading~>w<

WARNING:;: This fanfiction is YAOI & YURI!!! BOY X BOY & GIRL X GIRL!!! Don’t like? DON’T READ!!!>< Bahasa aneh, alur kecepetan, cerita gak genah, OOC, judul gak nyambung ma cerita, de el el! Reader muntah author g nanggung =.= *kabur*

 

“Kajja, Han!” Heechul berteriak dari ambang pintu depan. Dia menghentak-hentakkan kakiknya kecil di lantai, menunjukan kalau dia sudah mulai kehilangan kesabaran. Akhirnya dia beranjak dari tempanya berdiri.

Baca lebih lanjut

White Love

TITLE:;: White Love

PAIRING:;: XSsica (?) (au ah~~ cherry bingung~><) YulSsic

AUTHOR:;: Cherry Chibi>w<

A/N:;: inspiration from brownies reciepe(?) ~happy reading~>w<

WARNING:;: This Fict is YURI!!! Don’t like? DON’T READ!!! Bahasa ngaco, alur kecepeten, cerita aneh, gak jelas, author laperstres! Reader muntah gak nanggung~!!

 

Kuraih pita merah yang tergeletak berada di samping gunting. Dengan hati hati aku memasangkan pita itu ke kotak yang terbalut kertas kado bermotif hati di hadapanku. Senyum tak lepas dari pipiku yang merah merona sedari tadi saat aku memasangkannya. Membayangkan senyum orang itu saat menerima hadiah ini dariku membuat dadaku berdegup kencang. Bersemangat.

Apa dia akan menerimanya? Apa dia akan menerima perasaanku?

Baca lebih lanjut

Loser (The One Who Will Cry)

Dalam jarak sedekat ini, aku dapat merasakan nafasnya menerpa wajahku. Hangat…

“S-Seohyun…?” panggilku gugup.

Seohyun masih menatapku dalam. Tangannya yang mencengkram pingganggku menarik tubuhku agar semakin rapat padanya.

Aku membelalak kaget ketika dia semakin mendekatkan wajahanya padaku. Mendekatkan bibir kami… dan…

Baca lebih lanjut

Choise

TITLE:;: Choise

PAIRING:;: Taeyeon x Tiffany

AUTHOR:;: Cherry Chibi>w<

A/N:;:-happy reading~>w<

 

Hari ini dorm So Nyo Si Dae sepi. Semua pergi mengikuti jadwal-nya masing-masing, terkecuali Taeyeon dan Tiffany yang memang tak ada jadwal hari ini.

“Ahhhh!! Bosannya~~” Tiffany merengganggkan ototnya. Kakinya dilebarkan, memenuhi sofa yang sedang didudukinya.

Sementara itu Taeyeon duduk didekat sofa, sedikit menggeser posisinya agar tak terkena kaki Tiffany. Sedari tadi yang dilakukannya hanya diam, tak berkomentar pada apapun keluhan Tiffany. Mau bagaimana lagi. Dia sangat gugup hanya berdua bersama Tiffany seperti ini. Sebisa mungkin dia menyembunyikan blushing di wajahnya dengan cara tak menatap Tiffany saat diajak bicara.

Sebenarnya Taeyeon berencana akan menyatakan perasaan sesungguhnya pada Tiffany hari ini, sat mereka hanya berdua. Tapi entah kenapa kegugupan tiba-tiba saja melanda yeoja itu.

Tiffany menghembuskan nafas kecil, berusaha menghilagkan pikiran negative dari otaknya, sekaligus agar dia lebih tenang.

“Ya! Taeyeon-a!” Tifany menyolek bahu Taeyeon, membuat mata Taeyeon meliriknya sekilas. Dia kini sudah duduk disamping Taeyeon.

Taeyeon menoleh sekilas lalu mengalihkan wajahnya pada jam dinding. “M-mwo?”

“Kau lebih memilih Super Junior atau Dong Bang Shin Ki?”

“Um…” Taeyeon pura-pura berpikir, meski dadanya bergemuruh kencang sekarang. “Molla. Kau?”

“Aku… lebih memilihmu.”

“Eh?” Taeyeon terpaku sesaat. Pikirannya belum sadar sepenuhnya saat ini. Sialnya lo-la-nya kambuh di saat seperti ini.

Tiffany tersenyum. Dia mengangguk meski tahu Taeyeon takkan melihatnya. “Aku memilihmu,” Dia melingkarkan tangannya di leher yeoja disampingnya. “untuk menjadi pasangan sehidup-semati-ku.” Lanjutnya diiringi dengan senyum yang semakin lebar dan desahan kecil diakhir kalimat.

Tiffany tak takut Taeyeon akan menolaknya, karena dia tahu sang leader sebenarnya menyimpan perasaan khusus padanya. Dan itulah salah satu alasan dia sangat percaya diri untuk menembak Taeyeon.

“Bagaimana denganmu? Kau bersedia? Hm?” Tiffany tersenyum nakal saat melihat rona merah itu hadir di pipi Taeyeon, menjalar hingga telinganya.

“A-aku…” Taeyeon bingung apa yang harus dilakukannya. Kaget, senang dan malu bercampur menjadi satu, membuatnya sulit berpikir jernih.

Tiffany melepaskan tangannya lalu merangkak menuju hadapan Tiffany hingga kini keduanya saling berhadap-hadapan.

“Hm? Bagaimana?” Tiffany mengulang pertanyaannya dengan tetap tersenyum dan semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Taeyeon yang menunduk.

“I-I do…” jawab Taeyeon plean, sangat pelan. Walau sudah mendengar jawabannya, Tiffany ingin sekali lagi mendengarkan suara indah yang tersipu itu. Dia menarik pelan dagu Taeyeon hingga kedua mata mereka bertemu.

“I do…” Jawab Taeyeon lagi. Matanya sedikit menyipit saat menerima cahaya matahari yang berasal dari belakang Tiffany. Dan itu semakin memperjelas warna merah yang menghiasi wajahnya.

“Good.” Tiffany tersenyum lalu mengecup bibir Taeyeon lembut.

Dan kau tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tiffany sangat bersyukur mereka hanya berdua di dorm.

U – 1

Awlanya pengen jadi oneshoot, tp ternyata lebih gampang chapter.. hehe^^

TITLE:;: U
AUTHOR:;: Cherry Chibi>w<
CHAPTER:;: 1/?
CAST:;: Yuri, Jessica, Krystal
A/N:;: ini ff yuri-ku yg pertama ak post… mohon maklumi kalo aneh! Happy reading~>w<
WARNING:;: ooc, alur kecepeten, de-el-el, yg nekat baca gk tangguung klo ancur! >//< THIS FIC IS YURI! GIRL X GIRL! DON’T LIKE? DON’T READ! DON’T BASHING!

+KRRRINGGGG KRRIINGGG+

Hm? Ada telefon masuk. Segera kumatikan shower dan meraih bathrobku. Setelah mengikat tali bathrob aku meraih selembar handuk kecil untuk membungkus rambut basahku. “Ne! Sebentar!” seruku sembari membuka pintu kamar mandi dan menghampiri meja nakasku. Entah kenapa aku mengatakan kalimat bodoh seperti itu, jelas-jelas yang tak ada yang kuajak biacar.

Kuraih ponselku dan menekan tombol untuk menjawab, tanpa melihat nama penelefon. “Yobuseyo?”

+”YA! Kenapa lama sekali mengangkatnya?!”+ seru seseorang diseberang sana. Sebuah senyum langsung mengembang di wajahku mendengar suara ini.

“Jessica!? Bogosipoyo~” ucapku manja dengan aegyo seolah dia ada dihapanku. Terdengar dia terkekeh pelan.

+”I know. Nado bogosipoyo nae Yuri.”+

Senyumku semakin lebar mendengar kalimatnya barusan. Dan kurasakan pipiku sedikit menghangat mendengarnya. “Ah, bagaimana liburanmu?”

+”Seru sekali! Akan kuceritakan saat aku sudah sampai. Oh ya, kau mau titip oleh-oleh apa?”+ tanyanya antusias.

Aku mengerlingkan mataku sembari bergumam, “Eum… apa, ya?” aku berpikir cuup lama.

+”Palli! Mwoya?”+

“Terserah kau saja, deh.” Jawabku manis pada akhirnya. “Ah, aku sedang belajar merajut sekarang. bagaimana kalau kubuatkan sarung tangan?”

+”Yuri~ musim dingin masih lama. Baru saja ini musim semi.”+

“Tak apa. Ja, ukuran tanganmu berapa?” tanyaku sembari meraih selembar kertas dan pensil yang kuambil dair laci meja dan menggambar pola disana.

+”Bagaimana cara mengukurnya? Pakai apa? Ukuran jari kita berbeda, kan? Dan lagi aku tak membawa penggaris.”+

Aku terkekeh pelan. “Tak usah pakai penggaris. Ukur saja dengan liontin kembaran kita. Baiklah. Berapa liontin panjang pergelanganmu?”

Terdengar dia berpikir sebentar, lebih tepatnya menghitung. Setelah dia menjawab ukuran pergelangannya, aku kembali menanyakan ukuran lainnya. Semua kucatat di kertas tadi sembari mencorat-coret diatasnya dengan sign love dan namaku serta Jessica.

Tapi percakapan berakhir tepat saat ukuran terakhir dia jawab, sambungan putus begitu saja. Kulihat layar ponselku.

+LOW BATTERY+

“Aish!” kubanting posel ke pantal disampingku. Karena lupa mengisi battery aku harus mengakhiri percakapan kami. Sial! Padahal aku masih ingin bicara padanya~

Sambil mengomel tak jelas aku mencari charger ponselku di kamarku. Ish! Aku lupa menaruhnya dimana. Biasanya saat seperti inilah Jessica yang ingat letak barang-barangku, atau dia sudah merapikannya terlebih dahulu.

Tak kunjung menemukan charger akhirnya aku keluar kamar dan mencari diseluruh sudut ruangan. Mungkin saja nanti Jessica akan menelefon lagi, jadi aku harus menyiapkannya.

Dua jam berlalu tanpa ada hasil apapun. Tapi, entah sejak kapan tanganku bergerak sendiri untuk merapikan barang-barang yang kemungkinan menutupi charger.

Aku terdiam bengong melihat hasil kerja kerasku sendiri. Yah, walau tak serapih Jessica tapi ini sudah sangat jauh dari kerapian rata-rata seorang Yuri. Tapi lelah juga ternyata. Aku merabahkan tubuhku diatas sofa dengan sedikit kasar. Mataku menerawang langit. Aku tak dapat membayangkan betapa lelanya Jessica saat merapikan rumahku.

Tiba-tiba kantuk menyerangku. Mataku terasa sangat berat. Aku menguap lebar. Dan setelahnya aku tak dapat merasakan apa-apa lagi.

<><>><<><>

KRRRRRRRRRRRRIIIINNGGGG

Dering alarm membuka mataku dalam sekejap. Aish! Alarm sialan! Padahal bagus tadi aku mimpi bertemu Jessica.

Dengan malas-malasan aku turun dari sofa dan berjalan menuju kamarku. Kumatikan alarn diatas meja kemudian menguap lebar sembari merenggangkan ototku. “Aahhh~” kulirik ranjang disebelahku. Ponselku masih ada disana.

Kuraih ponselku dan menyalakannya. Tapi tentu saja, tak bisa. Kuletakan kembali ponselku pada tempat sebelumnya. Aku masih malas untuk mencari charger-nya.

Ah iya, aku kan mau membuatkan Jessica sarung tangan. Tapi sebelumnya… kurasa aku harus mandi dulu. Kusambar handuk yang tergantung didekat pintu kamar mandi dan masuk kedalam kamar mandi.

<><>><<><>

Tik… tik… tik…

Suara jam dinding terdengar jelas. Hanya suara itu yang menemaniku sekarang selain jarum sulam dan tumpukan benang wol. Aku berkonsentrasi pada sulamanku.

Sedikit lagi…

“Ahhhh!!” seruku ketika tanpa sengaja tanganku menyenggol tempat jarum hingga akhirnya beberapa jarum sulam jatuh, berserakan di lantai.

Nanti saja, pikirku. Kembali kulanjutkan rajutanku. Tapi gerakanku terhenti ketika bayangan Jessica melintas di benakku. Kalau dia tahu aku tak segera membereskan benda yang berserakan seperti ini, dia pasti akan mengomel sambil membereskannya.

Aku tersenyum membayangkan wajah kesalnya saat berbicara panjang lebar tapi tanpa menatap orang yang dimarahi. Segera kuselesaikan sulamanku dan langsung berjongkok, memungut satu-per-satu jarum sulam yang berbagai jenis itu.

Setelah membereskan semua alat sulamku aku beranjak menuju jendela besar ditengah-tengah salah satu dinding di ruangan ini. Mataku menerawang langit pagi yang cerah. Err, lebih tepatnya silau. Aku menyipitkan mataku dan menggunakan tanganku untuk mengurangi cahaya yang masuk dalam mataku. Kembali aku tersenyum saat bayangan Jessica berkelebat.

“Yuri! Jangan berjemur diatas jam 10! Lihat! Ini sudah jam 11 30.”

Kalimat itulah yang biasanya aku denger disaat seperti ini. Atau…

“Tutup jendelanya! Serbuk bunga bertebaran dimana-mana, kau tahu?”

Yah, walau kami sama-sama tak alergi serbuk bunga, tapi kucing pemberian Jessica dulu alergi pada serbuk bunga. Aku tak bisa faham, bagaimana seekor kucing bisa alergi serbuk bunga? Tapi juga… karena serbuk bunga akhirnya kami kehilangan kucing gendut itu. Aku sampai repot harus menenangkanya saat itu. Dan yang paling kusesali adalah, kenapa aku sampai berpikir untuk membawanya keluar dengan alasan agar antibody-nya terbentuk? Padahal sudah jelas dia terus-terusan bersin.

Aku tertawa pahit mengingat kejadian menyedihkan itu. Sudahlah, yang berlalu biarkan.

Angin bertiup pelan, menyapu kulit dan rambutku dengan lembut. Setangkai daun ikut terbang bersamanya. Kutengadahkan tanganku untuk menangkap daun tersebut. Dan ajaibnya daun tersebut jatuh tepat di tanganku. Kutarik kembali tanganku dan mengamati daun itu. Warnanya kuning pucat, daun kering yang rapuh. Aku mengerutkan keningku. Musim semi begini ada…?

Kuedarkan pandanganku pada tanaman-tanaman disekelilingku, yang besar maupun kecil. Dan tak satupun ada yang berwarna kucing pucat. Ahh, mungkin bawaan angin saja.

Kutarik diriku menjauh dari bibir jendela lalu menutupnya. Angin dingin masih bertiup diluar sana…

<><>><<><>

“Yap! Selesai!” aku tersenyum memandangi kotak yang dibalut kertas kado bergambar hati didepanku. Baru saja aku selesai membungkus sarung tangan buatanku itu. Semoga Jessica senang dengan polanya, ucapku dalam hati.

Jessica pulang nanti malam, mungkin lebih baik aku menyerahkanya besok pagi.

“Ahhh~” aku merenggangkan ototku. Lumayan lelah juga membungkus kado dengan rapi seperti tadi. Kutarik sebuah bantal yang tak jauh dariku, kuletakan tepat dibelakang tubuhku lalu kepalaku kubaringkan diatas bantal tersebut.

Semerbak farfum yang sangat kukenal tercium saat kujatuhkan kepalaku di bantal. Ini aroma Jessica. Ahh~ aku jadi merindukannya.

Aku tersenyum tipis, memejamkan mataku, menghirup aroma ini dalam-dalam, berharap itu sedikit mengobati rinduku padanya. Kembali kubuka mataku sesaat, lalu kupejamkan kembali. Mungkin dengan tidur akan membuat waktu berjalan cepat.

<><>><<><>

DEG

Seketika aku membuka mataku dan bangkit dari tidurku. Beberapa butir air mengalir dari pelipisku. Nafasku terasa tak beraturan. Mimpi apa aku tadi!?

Tadi, aku bermimpi… ah, bukan mimpi! Aku tak bermimpi apa-apa tadi, kurasa. Tapi entah kenapa ada perasaan kuat yang medorongku untuk membuka mata. Dan saat aku terbangun kudapati tubuhku sudah penuh peluh dan nafas yang teratur seperti habis lari jauh.

Kuraih bantal dibelakangku dan kupeluk erat. Entah kenapa ada perasaan takut, khawatir, entahlah perasaan apa itu, yang pastinya perasaan tak enak yang sangat kuat. Dan entah kenapa, perasaan itu seolah terhubung dengan Jessica. Dia tak apa-apa, kan?

Baiklah, Yuri. Tenangkan dirimu! Kau hanya bermimpi buruk, ok?

Kembali kuletakan bantal dan kubaringkan tuubuhku pada posisi semula. Kucoba untuk memejamkan mataku, tapi tak bisa. Perasaan tak enak itu terus menghantuiku. Aku sangat cemas pada Jessica! Itulah yang kurasakan.

Segera aku beranjak ddari posisiku dan berlari menuju luar, tepatnya menuju rumah Jessica.

Sepanjang perjalanan perasaan itu semakin kuat, dan kuat. Dan perasaan itu terbukti saat kulihat dua buah mobil pemadam kebakaran terparkir didepan rumah Jessica. Beberapa orang berkumpul untuk membantu.

Aku berlari mendekati rumah yang kini memliki bekas gosong di beberapa tempat. Seorang yeoja menghampiriku dan langsung menarik lenganku begitu melihat kehadiranku.

Dia menarikku menuju sebuah mobil ambulance. Dapat kulihat seorang yeoja terbaring diatas kasur dorong yag berada didalam ambulance tersebut. Itu Jessica…

Aku tak dapat menhaan air mataku lagi. Kudekati sosok itu dengan cepat, tapi seorang ahjussi menahanku.

“Agashi, tolong jangan dekati dulu.” Ucap ahjussi tersebut. Aku berusaha melepas cengkraman tangannya padakau dengan sekuat tenaga. Aku berontak.

“JESSICA!! JESSICA!!” seruku sembari menggenggam tangannya pelan. Kuraba urat nadi di pergelangan tangannya.

Deg “!”

Aku berbalik menoleh pada Krystal yang masih terdiam sesunggukan disana dengan cepat. “Ja-jangan katakan padaku dia…” kalimatku terpotong ketika Krystal menganggukan kepalanya pelan.

“Jessica unnie sudah pergi…” ucapnya pelan, sangat pelan dan bergetar. “Di-dia berusaha menelefonmu. Saat itu dia sedang menghidupkan kompor, dan gasnya…” Krystal tiba-tiba ambruk, terduduk di tanah sembari mencengkram pakaiannya yang sedikit terbakar.

Aku membeku di tempat.

Jessica… telah…

“ANDWAE!!” bentakku. Terlihat Krystal cukup terkejut dengan teriakanku. Dia mengangkat wajahnya.

Segera kuberbalik pada Jessica. Wajah itu… dengan ekspresi seperti itu tak mungkin dia sudah meninggal, kan?

Hahaha. Aku tertawa pahit sendiri.

Bibir itu… dengan bibir semerah itu tak mungkin dia telah tiada, kan?

Dia…

“JESSICA!!” kuguncang pelan bahunya. “JESSICA!! JANGAN BERCANDA!! BANGUNLAH DAN KATAKAN KAU HANYA MAIN-MAIN!!”

“Unnie!! Yuri unnie!!!” Krystal berusaha menarik tubuhku, menjauhkanku dari Jessica.

Tidak! Aku tak ingin berpisah dengannya!!

Aku terus berontak, tak ingin bergeser sedikitpun menjauh dari Jessica.

“YURI UNNIE!!”

Aku…

Seketika pandanganku kabur. Dan perlahan semuanya menjadi gelap…

 

__0x0

Ak gk tau gmn sifat n charanya Yuri unnie n Jessica unnie TT__TT jd klo ooc mohon maaf! *sujud2*

Coment please? ^^

Semakin banyak yg coment, makin cepat dilanjutin n dipost chapter lanjutanya~